Search Repository Universitas Fort De Kock

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia, setelah HIV
(Human Immunodeficiency Virus) sehingga harus ditangani dengan serius.
Tuberculosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan TBC adalah penyakit menular
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke tubuh melalui
pernapasan. Desain penelitian ini pada metode kualitatif melakukan wawancara
mendalam atau interview untuk memperoleh informasi kepada informan yang telah
ditentukan atau orang yang dianggap berkompoten dalam bidang terkait. Ciri khusus
metode kualitatif adalah menggali lebih dalam atau memperoleh penjelasan terperinci
tentang pengungkapan fenomena.Hasil penelitian diketahui kebijakan ini sudah dapat
dilaksanakan sesuai dengan SK, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan TB paru
pada remaja putri, ketersediaan sumber daya manusia sudah mencukupi baik dari
tenaga kesehatan hanya saja pelatihan harus perlu ditingkatkan. Secara kuantitas
SDM sudah mencukupi namun masih ada tugas rangkap yang diterima Koordinator
TB serta belum melibatkan kader TB puskesmas. Pelaksanaan penemuan pasien TB
di puskesmas pakan kamis sudah terlaksana namun belum optimal. Diharapkan dapat
mengaktifkan kembali kader TB puskesmas untuk dapat membantu petugas dalam
melakukan penyuluhan TB secara rutin.

Tuberculosis is one of the world`s largest health problems, second only to HIV
(Human Immunodeficiency Virus), and must be taken seriously. Tuberculosis,
commonly known as TB, is a contagious disease caused by the Mycobacterium
tuberculosis bacterium, which enters the body through the respiratory system. The
research design for this study used a qualitative method, conducting in-depth
interviews to obtain information from informants who were selected or considered
competent in the relevant field. The special characteristic of the qualitative method is
to delve deeper or obtain detailed explanations regarding the phenomenon being
studied. The results of the study show that the policy for TB management has been
implemented according to the SK (decree), and the infrastructure and facilities for
managing pulmonary TB among adolescent girls are adequate. The availability of
human resources is sufficient, although training needs to be improved. In terms of
quantity, human resources are adequate, but the TB coordinator still has multiple
tasks, and the involvement of TB cadres in the health center has not yet been fully
utilized. The identification of TB patients at the Pakan Kamis Community Health
Center has been carried out but is not yet optimal. It is recommended to reactivate the
TB cadres at the health center to assist the staff in conducting routine TB education.